Kemudian bangsa China menggunakan abacus ini menjadi dua bagian yaitu pada bagian atas ada 2 manik-manik sedangkan bagian bawah ada 5 manik-manik,karena bentuk atau medel inilah yang menjadikan abacus menjadi populer.
Pada abad ke 16, abakus dibawa masuk ke Jepang oleh para pedagang dan bhiksu-bhiksu Buddha dari Cina. Dan bangsa Jepang akhirnya mempunyai ide untuk mengurangi jumlah manik-maniknya menjadi satu pada jeruji atas dan empat pada jeruji bawah. Metoda ini amat praktis sehingga membuat anak-anak Jepang amat menyukai aritmatika. Hal inilah yang membuat Jepang begitu cepat bangkit dari puing-puing kekalahannya pada Perang Dunia II. Dengan generasi muda yang menyukai bidang-bidang eksakta, masuknya Amerika yang membawa teknologi Barat membuat orang Jepang dengan mudahnya mampu meniru, memodifikasi dan bahkan kini telah melampauinya. Oleh karena itu, sempoa model jepanglah yang banyak digunakan selain jumlah manik-maniknya 1-4 (maksudnya 1 berada diposisi atas,dan 4 berada diposisi bawah).
Pada
abad XX terjadi penemuan yang revolusioner seiring dengan penelitian
tentang perkembangan otak manusia. Yaitu berhitung dengan menggunakan
sempoa yang tadinya terikat dengan alat sempoa, ternyata dapat
dipindahkan dalam bayangan otak manusia, sehingga bisa berhitung lebih
cepat lagi dan membantu perkembangan otak. Pendidikan tersebut dikenal
dengan mental aritmatika. Dalam proses belajarnya, sempoa yang digunakan
adalah sempoa 1-4. Sempoa 1-4 lebih mudah dioperasionalkan karena hanya
punya satu cara tanpa alternatif sehingga memudahkan dalam proses
membayangkan (mental). Sedangkan pada sempoa 2-5 lebih sulit untuk
dimentalkan karena memiliki banyak alternatif cara dalam perhitungannya.
Mental
aritmatika mulai masuk ke Indonesia tahun 1996, hanya kalangan tertentu
saja yang bisa ikut kursus ini karena waktu itu biaya kursusnya cukup
mahal.
Sempoa Jepang
No comments:
Post a Comment